-->

Contoh Tinjauan Pustaka


TINJAUAN PUSTAKA


A.    Hasil penelitian terdahulu yang terkait
Pembahasan wacana pembelajaran  dengan menggunakan metode TPR (Total Physical Response) telah pernah dibahas oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut ini akan dipaparkan wacana penelitian yang berafiliasi dengan  pembelajaran  metode terkait.

Yenni Octaviany (2007), dengan judul ‘The Application of Total Physical Response in Teaching English Vocabulary to the Fourth Graders Of SD Negeri 04 Krajankulon Kaliwungu Kendal in the Academic Year of 2006/2007’. Dalam penelitiannya ini penulis Yenni Octaviany menggunakan metode TPR (Total Physical  Response) dengan tujuan untuk mendiskripsikan mekanisme pengajaran kosakata bahasa Inggris ke siswa kelas empat sekolah dasar di SD Negeri 04 Krajankulon Kaliwungu Kendal, Semarang dan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode TPR itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan 2 silklus dengan 3 langkah pre-test, action (treatment), dan post-test dengan kesimpulan bahwa pengajaran kosakata (vocabulary) dengan metode TPR sangat bermanfaat yang ditunjukkan dengan hasil analisa data dengan menggunakan pengukuran kualitatif sederhana dan kualitatif deskriptif  yaitu bahwa pencapaian siswa di post-test mencapai 90, 1% yang jauh lebih besar dibanding data pre-test (44,51%).

Mardiana (2010), dengan judul “Teaching English by Using Music and Movement to Improve Students’ Vocabulary at Aisyiyah Parang Laying Kindergarten Makassar.” Dalam penelitiannya penulis Mardiana menggunakan metode lagu dan gerak untuk mengetahui apakah ada perbedaan sigifikan penguasaan kosakata siswa Taman Kanka-kanak Aisyiyah Parang Layang Makassar dengan penerapan metode terkait. Peneliti menggunakan 2 kelompok: kelompok kontrol dan percobaan, yang setiap kelompok diberi pre-test, treatment, dan post-test dengan hasil adanya perbedaan signifikan yaitu pada t-tabel hanya mencapai 2, 201 sementara pada t-tes mencapai 8, 02.

MARIA ELENA MUÑOZ MUÑOZ MILTON ANDRES VALENCIA FORERO (2011), dengan judul “Teaching English Vocabulary to Third Graders through the Application of the Total Physical Response Method” dengan tuuan untuk mengobservasi imbas yang besar lengan berkuasa dari penggunaan metode TPR (Total Physical Response), sebagai taktik untuk memperkenalkan  kosakata bahasa Inggris ke siswa kelas 3 Gamma School di Pereira, Kolombia. Untuk memenuhi pencapaian tujuan dari penelitian, pada awalnya para penerima (siswa) di observasi dalam proses pembelajaran tradisional/konvensional yang mana guru sebagai sentra pembelajaran, dan sehabis itu para siswa diajar dengan menggunakan metode TPR yang memperlihatkan hasil bahwa para siswa bisa mencar ilmu dengan lebih gampang dan cepat. Hal ini dikatakan alasannya yakni ketika menggunakan metode TPR, suasana kelas begitu menyenangkan sehingga siswa tidak merasa tertekan dan selain itu siswa bisa melihat citra fisik secara pribadi dari kosakata yng diajarkan baik itu dari fasilitator (baca: guru) maupun sobat sekelas mereka sendiri.

Dari beberapa hasil penelitian setidaknya sanggup memperlihatkan citra akan baiknya penerapan metode TPR itu sendiri dalam pengajaran kosakata. Selain itu hal ini juga sanggup membrikan sedikit deskripsi wacana bagaimana bentuk-bentuk penerapan pengajaran metode TPR itu sendiri. Peneliti sendiri pada kali ini akan fokus dalam aktifitas derma musijk dan gerakan badan (dijelaskan lebih jauh di bab ‘implementasi pengajaran metode TPR (Kajian Pustaka).’ 

B.     Kajian pustaka
             a.      Vocabulary
a.      Pengertian kosakata
Kosakata yakni perbendaharaan kata (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa 1995:527) Kosakata yakni semua kata yang terdapat dalam  suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang digunakan dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Daftar kata yang disusun ibarat kamus disertai klarifikasi secara singkat dan praktis. Kosakata (Inggris: vocabulary) yakni himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bab dari suatubahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang 16 dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan citra dari intelejensia atau tingkat pendidikannya
Menurut Kridalaksana (1993), kosakata yakni komponen bahasa yang memperlihatkan informasi wacana arti dan kata-kata yang digunakan dalam bahasa sedangkan  dalam  Webster‟s Ninth College Dictionary, kosakata  dirumuskan ibarat berikut.
a.       Sebuah daftar atau kumpulan  kata dan frasa  yang biasanya tersusun secara baik dan dijelaskan atau diberi definisi.
b.      Jumlah atau persediaan kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dalam suatu bidang pengetahuan.
c.       Sebuah daftar atau kumpulan dari istilah atau arahan yang tersedia untuk digunakan.
Hatch dan Brown menyatakan bahwa kosakata yakni suatu daftar atau rangkaian kata untuk suatu bahasa tertentu yang mungkin digunakan oleh pembicara perseorangan. Kamus Webster  juga menyatakan bahwa kosakata yakni sebuah daftar atau kumpulan dari kata yang tersusun  secara alphabet dan dijelaskan, persediaan kata yang digunakan dalam suatu bahasa bagi kelas, individu dan lain sebagainya.
Menurut Roget (1980), kosakata dijelaskan, ibarat berikut.
a.       Sebuah daftar kata yang sering diberi pengertian atau diterjemahkan yang;
b.      Termasuk didalamnya berupa ungkapan dan dua kata kerja;
c.       Semua kata dari suatu bahasa; dan
d.      Ekspresi orisinil dari bidang tertentu, subjek, perdagangan atau kebudayaan.
Dari definisi di atas, sanggup disimpulkan bahwa kosakata yakni komponen suatu bahasa dan jumlah kata  yang dimiliki  oleh seseorang, profesi dan sebagainya, dalam suatu komunikasi dan segala aspek dari kehidupan ibarat perdagangan, pendidikan, bisnis, sosial, politik, dan sebagainya

b.      Jenis-jenis kosakata
Menurut Thornbury (2002:3-12), ada 6 jenis vocabulary:
a)      Word Classes
Word classes yakni kelas kata yang biasanya dipanggil dengan sebutan part of speech. Contoh dari word classes yaitu noun, pronoun, verb, adjective, preposition, dan conjunction.
b)      Word Families
Word families yakni turunan kata yang membahasa wacana imbuhan atau pergeseran bentuk sebuah kata yang mana bisa berupa inflection maupun derivation.
c)       Word Formation
Ada bebrapa bentuk deretan kata atau adonan kata, yaitu:
·         Compounding: second-hand, word processor, typewriter
·         Blending: information + entertainment = infotainment
·         Conversion: I always goggle every information I need. Kata goggle sebetulnya noun tapi diubah menjadi kata kerja.
·         Clipping: electronic mail = email, influenza = flu
d)      Multi-word Units
Bentuk dari multi-word units umunya berbentuk phrasal verbs dan idioms, contoh:
·         Phrasal verbs: look for, look after, wipe off, throw on
·         Idioms: famous last word, eat your words, jack me around
e)      Collocations
Jenis vocabulary yang satu ini sanggup diartikan sebagai seringnya dua kata atau lebih gotong royong .Contoh: this week, once more, once again, as well.
f)       Homonyms.
Homonyms yakni kata-kata yang mempunyai bentuk yang sama tapi berbeda dalam makna. Contoh: well = sumur, baik, sehat. left = kiri, berangkat. Jenis yang berbeda ibarat homophones; suara sama, makna beda dan homograph; goresan pena sama makna beda termasuk jenis yang satu ini.

           b.      Total physical response
a.      Definition of Total Physical Response
Metode ini dikembangkan oleh seorang professor psikologi di Universitas San Jose California yang berjulukan James J. Asher. Ia beropini bahwa pengucapan pribadi pada anak mengandung suatu perintah, dan selanjutnya anak akan merespon kepada fisiknya sebelum mereka memulai untuk menghasilkan respon verbal atau ucapan. Sedangkan Haskell (1976) dalam Arsyad (2003:56) menjelaskan „bahwa metode ini disebut juga “Asher Method” yang artinya menggunakan masa waktu yang cukup untuk mendengar dan mengamati perintah sebelum seseorang diajak berbicara bahasa asing‟.
Guru mempunyai tugas aktif dan pribadi dalam menerapkan metode TPR ini, sebagaimana dikemukan Asher „The instructor is the director of a stage play in which the students are the actors‟, yang berarti guru sebagai sutradara dalam pertunjukan dongeng siswa sebagai pelaku atau pemerannya. Guru yang memutuskan wacana apa yang akan dipelajari dan siapa yang memerankan serta menampilkan materi pelajaran. Pada pembelajaran dengan metode Total Physical Response anak berperan sebagai pendengar dan pelaku.
Tiga gagasan utama yang mendasari Metode Total Physical Response yakni sebagai berikut, yaitu :
a)      Pemahaman bahasa ekspresi haruslah dikembangkan dalam berbicara.
b)      Pemahaman dan ingatan diperoleh dengan baik melalui gerakan badan para siswa dalam menjawab atau memperlihatkan response kepada perintah-perintah.
c)      Para guru hendaknya tidak pernah memaksa anak berbicara sebelum mereka siap, alasannya yakni berbicara akan muncul secara alamiah (Tarigan, 1988: 247-248).
Metode Total Physical Respons yakni suatu metode dalam pembelajaran bahasa yang menyebabkan keterampilan berbahasa sanggup lebih cepat dimengerti dan dipahami oleh anak, alasannya yakni guru memperlihatkan pembelajaran yang menarik bagi kinestetik sensori anak.

b.      Prinsip dan tujuan pembelajaran Total Physical Response
Untuk memahami pembelajaran dengan metode TPR, perlu memahami pula prinsip-prinsip dan Tujuan pembelajaran TPR. Adapun prinsip-prinsip Total Physical Response yakni sebagai berikut:
a)      Belajar bahasa kedua sejajar dengan mencar ilmu bahasa pertama dan harus merefleksikan proses alamiah yang sama.
b)      Menyimak harus berkembang sebelum berbicara.
c)      Anak merespon secara fisik atas bahasa lisan.
d)     Jika menyimak pemahaman telah berkembang, ujaran ekspresi akan berkembang secara alamiah daripadanya (Sukyadi, 2010:20).
Tujuan yang ingin dicapai oleh Total Physical Response yakni :
a)       Mengajarkan kemahiran berbicara pada tahap awal.
b)      Menggunakan pemahaman sebagai jalan atau cara untuk berbicara.
c)      Menggunakan drill menurut tindakan dalam bentuk perintah.” (Sukyadi, 2010:20).
Prinsip dan tujuan ini pertanda bahwa pembelajaran bahasa ajaib dengan menggunakan metode TPR, mengharuskan anak terlebih dahulu diajak untuk menyimak kosakata yang diberikan guru, hingga anak bisa memahami dengan baik, anak akan merespon dengan fisik atau gerakan. Dan dengan adanya keterlibatan anak, akan mengantarkan anak bisa berbicara.

c.       Teacher’s role
Guru berperan aktif dan pribadi dalam TPR. "Instruktur yakni eksekutif sebuah drama panggung dimana siswa yakni pelaku". Dalam hal ini,  guru yang memutuskan apa yang akan diajarkan, yang memperlihatkan model dan menyajikan bahan-bahan baru, dan yang menentukan bahan-bahan pendukung untuk digunakan di dalam kelas. Guru didorong untuk dipersiapkan dengan baik dan terorganisir dengan baik sehingga pelajaran mengalir lancar dan diperkirakan.
Asher menekankan bahwa, bagaimanapun, tugas guru yakni tidak begitu banyak untuk mengajar ibarat halnya untuk memperlihatkan kesempatan untuk belajar. Guru mempunyai tanggung jawab memperlihatkan jenis paparan bahasa terbaik sehingga pelajar sanggup menginternalisasi hukum dasar dari bahasa sasaran. Guru juga harus memungkinkan kemampuan berbicara berkembang dalam penerima didik sesuai dengan kemampuan alami pembelajar.
Asher mengingatkan guru wacana prasangka yang ia rasa sanggup menghambat keberhasilan pelaksanaan prinsip TPR. Pertama, ia memperingatkan wacana "ilusi kesederhanaan", dimana guru meremehkan kesulitan yang terlibat dalam mencar ilmu bahasa asing. Hasil dalam berjalan pada kecepatan yang terlalu cepat dan jatuh untuk memperlihatkan transisi sedikit demi sedikit dari satu tahap pengajaran yang lain. Guru juga harus menghindari toleransi yang terlalu sempit untuk kesalahan dalam berbicara.

d.      Learner’s role
Pelajar dalam TPR mempunyai peranan utama sebagai pendengar dan pelaku. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespon secara fisik terhadap perintah yang diberikan oleh guru. Pelajar diminta untuk merespon baik secara individu maupun kolektif. Pelajar mempunyai sedikit imbas atas isi pembelajaran, alasannya yakni isi ditentukan oleh guru, yang harus mengikuti format berbasis perintah untuk pelajaran. Pelajar juga diperlukan untuk menghasilkan kombinasi gres mereka sendiri. Peserta didik memantau dan mengevaluasi kemajuan mereka sendiri. Mereka didorong untuk berbicara ketika mereka merasa siap untuk berbicara-yaitu, ketika dasar memadai dalam bahasa telah diinternalisasi.
e.      Tahapan pelaksanaan metode TPR
Berdasarkan Larsen & Freeman, 2000, ada tiga tahapan ketika melaksanakan pengajaran metode TPR.
a)      Guru memperkenalkan kosa kata (vocabulary) yang akan dipakai. Contoh: Classroom Objects (pencils, pens, books, etc), Verb (put, take, leave,etc)
b)      Guru memberi perintah dan memperagakannya bersama siswa.
c)       Siswa mendemonstrasikan perintah-perintah yang diberikan secara individu kemudian guru mengelaborasi perintah-perintah tadi.
d)      Setelah merespon secara non-verbal, siswa mencar ilmu membaca dan menulis kata/frase tersebut. Ketika siswa mulai berbicara, activitas dikembangkan dengan menggambar atau permainan (games).

f.        Implementasi pengajaran metode TPR
Dari bebrapa bentuk acara dalam metode TPR peneliti kali ini akan fokus untuk menggabungkan antara penggunan lagu dengan gerakan tubuh. Dalam artian bahwa pada setiap materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian nantinya akan selalu diikuti dengan lagu terkait materi. Sambil mendengarkan lagu tersebut diharap siswa bisa mengikuti perintah dari lagu tersebut. Salah sau pola yaitu ketika mengajarkan kosakata terkait ‘tubuh.’ Dalam pembelajara ini siswa akan diperdengarkan lagu terkait yang menyebutkan bagianbagian badan dan diperlukan siswa akan mengikuti lagu tersebut. Mereka akan Nampak seakan bermain ataupun melaksanakan senam. Hal ini denagn tujuan membuat free stress environment yaitu bahwa siswa diperlukan tidak merasa tertekan dalam pembelajaran di kelas.

C.    Hipotesis
Metode TPR (Total Physical Response) dengan menggunakan lagu (songs) dan aktifitas fisik (body movement) sanggup meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa inggris siswa Sekolah Menengah Pertama kelas VII C Muhammadiyah Makassar tahun anutan 2011/2012.



Thornbury, Scott. (2002). How to Teach Vocabulary. Pearson Education Limited.
pps.unud.ac.id
repository.upi.edu
rachma-zakiloverz.blogspot.com
wikipedia.com
Techniques and Principles in Language teaching by Larsen freeman


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel